Minggu, 15 Mei 2011

Cerpen : Vinsya si Gadis Penjual Kue


Part 2_
            Mendengar ucapan dokter tersebut Vinsya dapat bernafas lega. Tapi dia bingung, mengapa masih ada sedikit perasaan mengganajl di hatinya. Tapi ia tak ingin memikirkannya berlebih dan langsung masuk ke kamar sang ibu dirawat.
            Dengan wajah yang masih pucat pasi ibunya memeluk Vinsya. Suasana haru pun menyelimuti kamar itu, yang saat itu hanya ada Vinsya dan Tantenya yang membantu menjaga ibunya.
            Beberapa hari pun berlalu. Ibunda Vinsya akhirnya diperbolehkan pulang dan melewati rawat jalan. Namun, setelah seminggu waktu berjalan, perasaan tak enak itu datang lagi. Ibu Vinsya masih dalam kondisi yang lemah. Vinsya semakin tambah bingung. Ada apa ini sebenarnya.
Dengan rasa penasaran, Vinsya mencari tahu ke rumah sakit itu. Akhirnya sang dokter yang merawat ibu Vinsya berkata jujur. Vinsya sedih yang teramat pada saat mendengar berita bahwa ibunya terkena kanker darah. Diperkirakan ibunya itu tidak akan bertahan hidup lama lagi. Vinsya bergegas pulang sambil menangis sepanjang jalan.
Dia bingung, sedih, dan tak tahu harus berbuat apa. Segala usaha akhirnya ia lakukan agar sang ibu sembuh dan dapat sehat kembali. Vinsya tak ingin merasa kehilangan seperti 5 tahun sebelumnya yang ia harus mengetahui sang ayah telah brcerai dengan ibunya. Sedikit waktu pun tak ayahnya sempatkan untuk menjenguk ibunya. Vinsya yang saat itu mesti mengikuti UTS di perkuliahannya, akhirnya mengundurkan diri dari kampusnya untuk merawat sang ibu. Tak ada satu pun teman Vinsya yang mengetahui berita atas mundurnya dari kampus.
Vinsya akhirnya tak melanjutkan perkuliahannya. Dan sebagai penghasilannya, ia membuat kue-kue seperti yang telah ibunya ajarkan kepadanya.
“Sya, kamu tak usah terlalu mengkhawatirkan ibu. Kuliah saja”, ucap ibu. Mendengar ibunya berkata seperti itu Vinsya malah semakin bergigih tidak akan melanjutkan kuliah dan akan tetap berjualan kue untuk biaya ibunya. Tak dapat dibayangkan bahwa seorang gadis cantik yang memiliki segalanya itu kini harus hidup dengan segala yang menyedihkan itu. Tapi tak sedikit pun Vinsya merasa kini dia kekurangan. Malah dia bangga dengan dirinya.
Sang ibu makin terharu. Vinsya kini telah menjadi dewasa dan mungkin akan bisa hidup sendiri suatu saat nanti. Setiap hari ia mengantarkan kue-kue untuk dititipkan di toko-toko atau warung-warung di sekitar daerah rumahnya. Suatu ketika,ia menerima pesanan kue yang sangat banyak. Ia senang sekali karena uang untuk ibunya berobat akan semakin banyak, ia bersemangat mebuat kue itu.
Kue pesanan yang telah ia buat dengan kegigihannya akhirnya jadi. Dan ia antarkan ke pemesan. Ia kaget karena saat mengantar kue tersebut, ternyata yang memesannya adalah keluarga Vino, teman kampusnya.
“ Kamu kemana aja, Sya? Selama satu tahun aku dan teman-teman mencarimu”, ucapnya sambil menerima kue itu.  Vinsya kaget dan ia langsung bergegas pergi.
Vino mengejarnya. Namun Vinsya sudah mengilang.

(bersambung…)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar