Jumat, 26 Oktober 2012

Vinsya si Gadis Penjual Kue



Vinsya seorang remaja putri yang duduk di kelas 2 SMA. Hidupnya penuh dengan kesempurnaan. Segalanya ia miliki. Harta, kecantikan, kepintaran, dan sebagainya. “Multi Talent”. Sehingga ia pun banyak yang menyukainya. Tak terkecuali bagi mereka sang putra-putra sekolah. Semua siswa mengenalnya tanpa terlewatkan satu pun. “Hhaha.. Lebayy..”
      Anak tunggal yang tidak lain kesayangan kedua orang tuanya. Tapi hingga kini ada satu hal yang cukup dianehkan. Secara seorang putri cantik kok nggak punya pasangan. Aneh kan.. ^^
         Tapi jangan salah. Itu bukan karena ada hal-hal aneh lohh!. Itu karena dia bingung sih kayaknya. Eitts salah, bukan begitu. Yang benar karena ia merasa dirinya sempurna seperti kebanyakan orang tau hingga ia kini merasa minder. Aneh ya??. Ia bertekad untuk tidak mengisi hatinya dulu untuk pria hingga ia lulus dan sukses dengan usahanya sendiri.
          1 tahun pun berlalu. Vina lulus dan masuk ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama di Indonesia.
Masa-masa ospek yang dinantikan namun ditakutkan banyak mahasiswa baru pun tiba. Vinsya memiliki banyak teman baru di kampusnya itu. Selain pintar, Vinsya pun memang seorang yang pandai dalam bergaul. Sehingga beban ospek tidak terasa menakutkan baginya.
          Di hari kedua ospek itu yang berlangsung selama 5 hari, ia datang telat. Bukan karena malas bangun. Tapi karena saat berangkat ia harus mengantar ibunya yang mendadak harus dibawa ke rumah sakit. Yang membuat keadaan makin memprihatinkan, para senior tidak menghiraukan alasan tersebut. “Nggak kebayang kan??”
        Namun dengan tenangnya Vinsya tetap tersenyum. Dan melakukan apa yang diperintahkan oleh para senior tersebut. Vinsya tetap merasa happy meski sebenarnya dalam hatinya memikirkan kondisi ibunya yang sakit. Vinsya belum tau mengapa ibunya pingsan mendadak pagi itu. Sepulang ia ospek, Vinsya langsung bergegas ke Rumah Sakit tanpa pulang ke rumahnya dulu.
          “Vinsya..”,ucap sang dokter. “Ibumu tak apa. Semangatkan ibumu”, ucap dokter itu lagi.
Mendengar ucapan dokter tersebut Vinsya dapat bernafas lega. Tapi dia bingung, mengapa masih ada sedikit perasaan mengganal di hatinya. Tapi ia tak ingin memikirkannya berlebih dan langsung masuk ke kamar sang ibu dirawat.
            Dengan wajah yang masih pucat pasi ibunya memeluk Vinsya. Suasana haru pun menyelimuti kamar itu, yang saat itu hanya ada Vinsya dan Tantenya yang membantu menjaga ibunya.
            Beberapa hari pun berlalu. Ibunda Vinsya akhirnya diperbolehkan pulang dan melewati rawat jalan. Namun, setelah seminggu waktu berjalan, perasaan tak enak itu datang lagi. Ibu Vinsya masih dalam kondisi yang lemah. Vinsya semakin tambah bingung. Ada apa ini sebenarnya.
Dengan rasa penasaran, Vinsya mencari tahu ke rumah sakit itu. Akhirnya sang dokter yang merawat ibu Vinsya berkata jujur. Vinsya sedih yang teramat pada saat mendengar berita bahwa ibunya terkena kanker darah. Diperkirakan ibunya itu tidak akan bertahan hidup lama lagi. Vinsya bergegas pulang sambil menangis sepanjang jalan.
Dia bingung, sedih, dan tak tahu harus berbuat apa. Segala usaha akhirnya ia lakukan agar sang ibu sembuh dan dapat sehat kembali. Vinsya tak ingin merasa kehilangan seperti 5 tahun sebelumnya yang ia harus mengetahui sang ayah telah brcerai dengan ibunya. Sedikit waktu pun tak ayahnya sempatkan untuk menjenguk ibunya. Vinsya yang saat itu mesti mengikuti UTS di perkuliahannya, akhirnya mengundurkan diri dari kampusnya untuk merawat sang ibu. Tak ada satu pun teman Vinsya yang mengetahui berita atas mundurnya dari kampus.
Vinsya akhirnya tak melanjutkan perkuliahannya. Dan sebagai penghasilannya, ia membuat kue-kue seperti yang telah ibunya ajarkan kepadanya.
“Sya, kamu tak usah terlalu mengkhawatirkan ibu. Kuliah saja”, ucap ibu. Mendengar ibunya berkata seperti itu Vinsya malah semakin bergigih tidak akan melanjutkan kuliah dan akan tetap berjualan kue untuk biaya ibunya. Tak dapat dibayangkan bahwa seorang gadis cantik yang memiliki segalanya itu kini harus hidup dengan segala yang menyedihkan itu. Tapi tak sedikit pun Vinsya merasa kini dia kekurangan. Malah dia bangga dengan dirinya.
Sang ibu makin terharu. Vinsya kini telah menjadi dewasa dan mungkin akan bisa hidup sendiri suatu saat nanti. Setiap hari ia mengantarkan kue-kue untuk dititipkan di toko-toko atau warung-warung di sekitar daerah rumahnya. Suatu ketika,ia menerima pesanan kue yang sangat banyak. Ia senang sekali karena uang untuk ibunya berobat akan semakin banyak, ia bersemangat mebuat kue itu.
Kue pesanan yang telah ia buat dengan kegigihannya akhirnya jadi. Dan ia antarkan ke pemesan. Ia kaget karena saat mengantar kue tersebut, ternyata yang memesannya adalah keluarga Vino, teman kampusnya.
“ Kamu kemana aja, Sya? Selama satu tahun aku dan teman-teman mencarimu”, ucapnya sambil menerima kue itu.  Vinsya kaget dan ia langsung bergegas pergi.
Vino mengejarnya. Namun Vinsya sudah mengilang.
Pertemuan itu  membuat Vino dan teman-temannya terkejut. Penampilan Vinsya kini berbeda dengan sebelumnya yang biasa terlihat cantik dengan style yang feminim. Karena mereka kangen Vinsya, mereka pun gigih mencari tahu tentang Vinsya.
            Suatu ketika Anita teman sekelasnya melihat dan bertemu dengan Vinsya. Vnsya mau bertegur sapa dengan Nita, namun tetap ia tidak menceritakan apa yang terjadi dan dia tetap berlaku seperti tak terjadi apa-apa dengannya. Namun pertemuan itu tak berlansung lama dan mereka pun berpisah. Dengan senangnya Nita langsung memberikan kabar ini pada Vino dan bergegas mereka kembali ke tempat itu dengan tujuan dapat bertemu dengan Vinsya.
            Hari demi hari berlalu, namun Vino dan teman-teman Vinsya tetap tidak bertemu-bertemu dengan Vinsya. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti mencari tahu semua yang terjadi. Mereka pun pergi dari tempat itu. Saat perjalanan pulang ke kampus, mereka bertemu dengan seorang wanita yang sedang duduk di pinggir jalan. Vino yang sedang mengendarai mobilnya tidak sadar bahwa itu adalah Vinsya karena dengan keadaannya yang sangat benar-benar berbeda dengan pertemuan terakhirnya. Namun karena mereka merasa kasian dengan wanita itu, akhinya mereka turun dan berniat membatu wanita yang sedang sedih di pinggir jalan itu.
            Terkaget-kagetnya mereka saat melihat wajah wanita itu. Vinsya pun kaget. Dengan cepat Vino memegang tangan Vinsya untuk menahan Vinsya yang ingin pergi lagi.
            “Ada apa sih sebenernya sama kamu?”, ucapnya Vino kepada Vinsya.
            Suasana itu pun berubah jadi suasana yang mengharukan. Mereka akhirnya menyingkir ke taman untuk saling membicarakan untuk cerita yang sebenarnya. Dengan leluasa akhirnya Vinsya bercerita kepada teman-temannya termasuk Vino. Semua dijelaskannya dan yang lain mendengarkannya sambil menangis. Mereka yang mendengarkan cerita itu menyayangkan mengapa Vinsya bisa sampai berfikir seperti itu. Nita, Vino dan yang lainnya tak pernah memandang Vinsya dengan segala kelebihannya. Meraka berteman karena mereka merasa cocok satu sama lain dan merasa seperti keluarga. Akhirnya masalah pun selesai dan mereka berpelukan untuk menandakan masalah ini yang telah berakhir. Dan akhirnya mereka semua bersama-sama ke rumah Vinsya untuk bertemu dengan ibu Vinsya. Kini mereka saling membantu dan hidup susah dan suka bersama dengan persahabatan yang kekal.

***TAMAT***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar