Jumat, 19 April 2013

Data dan Variabel


Pengertian Data

Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra.
Dalam keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulkan untuk menjadi data. Data kemudian diolah sehingga dapat diutarakan secara jelas dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak langsung mengalaminya sendiri, hal ini dinamakan deskripsi. Pemilahan banyak data sesuai dengan persamaan atau perbedaan yang dikandungnya dinamakan klasifikasi.
Dalam pokok bahasan Manajemen Pengetahuan, data dicirikan sebagai sesuatu yang bersifat mentah dan tidak memiliki konteks. Dia sekedar ada dan tidak memiliki signifikansi makna di luar keberadaannya itu. Dia bisa muncul dalam berbagai bentuk, terlepas dari apakah dia bisa dimanfaatkan atau tidak.
Menurut berbagai sumber lain, data dapat juga didefinisikan sebagai berikut:
• Menurut kamus bahasa inggris-indonesia, data berasal dari kata datum yang berarti fakta
• Dari sudut pandang bisnis, data bisnis adalah deskripsi organisasi tentang sesuatu (resources) dan kejadian (transactions)yang terjadi
• Pengertian yang lain menyebutkan bahwa data adalah deskripsi dari suatu kejadian yang kita hadapi
intinya data itu adalah suatu fakta-fakta tertentu sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dalam menarik suatu keputusan

Macam Data

Data dapat dibagi berdasarkan :
1.Bentuk
a).Kualitatif: Adalah data yang berbentuk bukan angka
b.)Kuantitatif: Adalah data yang berbentuk angka
2. Skala Pengukuran
a).Nominal: Adalah data dimana angka hanya merupakan lambang.
Contoh : pada variabel Jenis Kelamin :   1  untuk Laki-laki, 2  untuk Perempuan
b). Ordinal: Adalah data dimana angka selain sebagai lambang, juga menunjukkan urutan.
Contoh : pada variabel Tingkat Pendidikan: 1 SD 2 SMP 3 SMU 4 PT
ket : orang yang mempunyai angka 1 mempunyai tingkat pendidikan yang lebih rendah dari pada orang yang mempunyai angka 2
c). Interval: Adalah data dimana angka adalah angka yang sebenarnya, tetapi tidak mutlak.
Contoh : pada variabel Nilai
ket : orang yang mempunyai nilai 80 adalah dua kali lebih baik dari orang yang mempunyai nilai 40, tapi orang yang mempunyai nilai 0 belum tentu kosong
d).Rasio: Adalah data dimana angka adalah angka yang sebenarnya dan mutlak
Contoh : pada variabel jumlah : data yang dihasilkan adalah rasio
3.Jenis
a).Internal
Data internal adalah  data yang diambil dari dalam tempat di lakukannya penelitian.
Contoh : Data penjualan perusahaan sendiri
b).Eksternal
Data eksternal adalah data yang diambil dari luar tempat di lakukannya penelitian.
Contoh : Data penjualan perusahaan lain untuk jenis produk yang sama dengan produk perusahaan kita.
4.Sumber
a).Primer
Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari sumbernya
Contoh : Data hasil kuesioner
b).Sekunder
Data sekunder adalah data yang di peroleh dari hasil pengumpulan orang lain
Contoh : Data yang diambil dari BPS.
5.Waktu Pengumpulan
a).Data Cross-section (Acak)
Data acak adalah data yang di ambil pada satu waktu tertentu
Contoh : Jumlah produksi
b).Data Berkala
Data berkala adalah data yang di ambil pada interval waktu tertentu
Contoh : Jumlah produksi perhari selama bulan Januari 2008

Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian.metode pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara:
a.WAWANCARA
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara.
Menurut Patton dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998).
b.OBSERVASI
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
MACAM-MACAM OBSERVASI
a. Observasi Partisipatif
• Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas yang diteliti
b. Observasi Terus Terang atau Tersamar
• Peneliti berterus terang kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian.
c. Observasi tak Berstruktur
• Dilakukan dengan tidak Berstruktur karena fokus penelitian belum jelas
c.Angket atau kuesioner (questionnaire)
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan presepsinya.
Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan maksud yang jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode pengumpulan data terdapat beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada responden dapat distandarkan, responden dapat menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan yang diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya dapat dipercaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan seragam.
MACAM-MACAM KUISIONER
1. Kuesioner tertutup
Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban. Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.
2. Kuesioner terbuka
Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga responden haru memformulasikan jawabannya sendiri.
3. Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup
Dimana pertanyaan tertutup kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
4. Kuesioner semi terbuka

Teknik Pengambilan Sampel

1)    Teknik sampling secara probabilitas
Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi  sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.

Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a) Teknik sampling secara rambang sederhana atau random sampling. Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah  dengan undian.

b) Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling). Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi.

c) Teknik sampling secara rambang proporsional (proporsional random sampling). Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara peng-ambilannya  dapat dilakukan secara undian maupun sistematis.

d) Teknik sampling secara rambang bertingkat. Bila subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama seperti pada teknik sampling secara proportional.

e) Teknik sampling secara kluster (cluster sampling) Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi  yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.


2) Teknik sampling secara nonprobabilitas.
Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah sebagai berikut.

a) Purposive sampling   atau  judgmental sampling  Penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti. 

b) Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju).
Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju. 

c) Quota sampling (penarikan sample secara jatah). Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.

d) Accidental sampling  atau convenience sampling Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.

Variabel

Variabel adalah suatu besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian. Dengan menggunakan variabel, kita akan mmeperoleh lebih mudah memahami permasalahan. Hal ini dikarenakan kita seolah-olah seudah mendapatkan jawabannya. Biasanya bentuk soal yang menggunakan teknik ini adalah soal counting (menghitung) atau menentuakan suatu bilangan. Dalam penelitian sains, variable adalah bagian penting yang tidak bisa dihilangkan. 
Variabel penelitian adalah objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti untuk dicari informasinya dengan tujuan untuk ditarik suatu kesimpulan. Akan tetapi secara teori, definisi variabel penelitian adalah merupakan suatu obyek, atau sifat, atau atribut atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai bermacam-macam variasi antara satu dengan lainnya yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi variabel:

# SUTRISNO HADI
Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi, misalnya jenis kelamin karena jenis kelamin mempunyai variasi laki-laki dan perempuan

# FREDDY RANGKUTI
Variabel adalah konsep yang emmpunyai variasi nilai, maka nilai variabel dapat dibedakan menjadi empat tingkatan skala, yaitu: nominal, ordinal, internal, dan rasio

Macam-macam Variabel
        
      1.    Variabel Kuantitatif
             a.       Variabel diskrit ( nominal,kategorik) yaitu variabael 2 kutub berlawanan.
       b.    Variabel kontinum
                              i.        Variabel  Ordinal : variabel tingkatan. Contoh: Satria terpandai, Raka pandai, Yudit tidak pandai.
        ii.      Variabel Interval: variabel jarak. Contoh: jarak rumah Anto kesekolah 10 km, sedangkan Yuli 5 km maka intervalnya adalah 5 km.
                           iii.        Variabel Ratio: variabel perbandingan (sekian kali).
    2.    Variabel Kualitatif adalah variabel yang menunjukkan suatu intensitas yang sulit diukur dengan angka.
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
     3.    Variabel Dependen (Dipengaruhi, Terikat, Output, Kriteria, Konsekuen). Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas. 
     4.    Variabel Moderator.
Merupakan variabel yang mepengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini sering disebut sebagai variabel independen kedua.
      5.    Variabel Intervening (Antara).
Merupakan variabel yang menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan namun tidak dapat diamati atau diukur.
      6.    Variabel Kontrol.
Merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.


Sumber:
www.wikipedia.com
www.google.com

Kamis, 18 April 2013

Pengertian, Fungsi, Ciri-Ciri, Jenis-Jenis, dan Tahap Pembentukan Hipotesis


Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah; thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya. Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut.
Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori. Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu.

Fungsi Hipotesis

Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
1.   Untuk menguji teori,
2.   Mendorong munculnya teori,
3.   Menerangkan fenomena sosial,
4.   Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
       5.   Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.

Ciri-Ciri Hipotesis:
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
   1.    Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
     2.    Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
     3.    Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
   4.    Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
      5.    Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
   6.    Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
     7.    Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.

Jenis-Jenis Hipotesis
Jenis-jenis hipotesis, antara lain:
1.    Hipotesis Deskriptif
Hipotesis yang tidak membandingkan dan menghubungkan dengan variable lain atau hipotesis yang dirumuskan untuk menggambarkan suatu fenomena, atau untuk menjawab permasalahan taksiran.
Contoh:
a.    Disiplin kerja pegawai negeri sangat tinggi
b.    Motivasi belajar fisika peserta didik mencapai 90% dari criteria rata-rata ideal.
2.    Hipotesis Komparatif
Hipotesis yang dirumuskan untuk memeberikan jawaban pada permasalahn yang bersifat membedakan atau membandingkan antara satu dengan data lainnya.
Contoh:
a.    Ada perbedaan kemampuan berbahasa asing antara lulusan swasta dengan negeri
b.   Ada perbedaan gairah belajar peserta didik yang orang tuanya pejabat dengan peserta didik yang orang tuanya petani
3.    Hipotesis Asosiatif
Hipotesis yang dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat hubungan / pengaruh. Sedangkan menurut sifat hubungannya hipotesis ini dibagi tiga jenis, yaitu.
a.    Hipotesis hubungan simetris
Hipotesis yang menyatakan hubungan bersifat kebersamaan antara dua variable atau lebih tetapi tidak menunjukkan sebab akibat.
Contoh:
1.    Ada hubungan antara berpakaian mahal dengan penampilan
2.    Terdapat hubungan yang positif antara banyaknya peserta didik rajin belajar dengan tingkat intelegensi (IQ)

b.    Hipotesis hubungan sebab akibat (kausal)
Hipotesis yang menyatakan hubungan bersifat sebab akibat antara dua variable atau lebih.
Contoh.
1.    Tingkat pengangguran berhubungan dengan tingkat kriminalitas
2.    Tingkat keberhasilan peserta didik bergantung pada cara belajar peserta didik itu sendiri
c.    Hipotesis hubungan interaktif
Hipotesis hubungan antara dua variable atau lebih bersifat saling mempengaruhi.
Contoh.:
1.    Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara status peserta didik sebagai anak pejabat dengan cara belajar peserta didik di sekolah.
2.    Terdapat pengaruh timbal balik antara kreativitas peserta didik dengan hasil belajar

Tahap-Tahap Pembentukan Hipotesis

Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:

      1.    Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
      2.    Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan.  Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalahyang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
      3.    Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
      4.    Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
      5.    Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi (pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
      6.    Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.


Sumber:

Pengertian, Karakteristik, dan Langkah-Langkah Metode Ilmiah


Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
1.    Karakterisasi (pengamatan dan pengukuran)
2.    Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
3.    Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
4.    Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)

Karakteristik Metode Ilmiah
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan-pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam table. Digambarkan dalam bentuk grafik atau dipetakan dan diproses dengan penghitungan statistika seperti korelasi dan regresi.
Umumnya terdapat empat karakteristik penelitian ilmiah :
1.       Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2.       Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bias dengan prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus), atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3.       Empirik. Artinya suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan empirik ada tiga yaitu :
a). Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
b). Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
c). Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan,melainkan ada penyebabnya.
4.      Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di uji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variable menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

Langkah-Langkah Metode Ilmiah

Langkah-langkah pada metode ilmiah antara lain:
  1. Memilih dan mendefinisikan masalah
  2. Survey terhadap data yang tersedia
  3. Memformulasikan hipotesa
  4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa
  5. Mengumpulkan data primer
  6. Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi
  7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
  8. Membuat laporan
Pelaksanaan metode ini meliputi enam tahap, yaitu :
  1. Merumuskan masalah.
  2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering juga disebut mengkaji teori atau kajian pustaka.
  3. Menyusun hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara yang berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
  4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
  5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistic untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidk dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal.
  6. Menguji kesimpulan untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan dan perlu juga dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji mendukung hipotesis, maka hipotesis itu bias menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

Sumber:

Selasa, 02 April 2013

Karya Tulis dan Sikap Ilmiah

KARYA TULIS

Karya Tulis Dan Arti Definisi Pengertian Karya Tulis 
Menurut penjelasan pengertian dari karya tulis seperti tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa definisi dari "karya tulis" adalah semua bentuk yang merupakan hasil olah pikir setiap manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Karya tulis dibagi menjadi 3 bagian:
1. Karya Tulis Ilmiah
2. Karya Tulis Semi Ilmiah
3. Karya Tulis Non-Ilmiah.

Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah merupakan pernyataan sikap ilmiah peneliti yang tujuannya agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca. Fungsi karya ilmiah adalah sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Hakikat karya tulis ilmiah mengemukakan kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten. Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.

Syarat menulis karya ilmiah:
      1.      Motivasi dan displin yang tinggi
      2.      Kemampuan mengolah data
      3.      Kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
      4.      Kemampuan berbahasa

Sifat karya ilmiah formal harus memenuhi syarat:
     1.     Lugas dan tidak emosional, mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).
     2.      Logis, disusun berdasarkan urutan yang konsisten
     3.      Efektif satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.
     4.      Efisien, hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami.
     5.      Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.

Menurut Arifin (2003), Jenis-jenis karya ilmiah umum karya ilmiah di perguruan tinggi, dibedakan menjadi:
    1.      Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif.
    2.    Kertas kerja seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada analisis dalam makalah.
    3.     Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya.
   4.  Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
     5.    Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).

Karya Tulis Semi Ilmiah

Karya tulis semi ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan. Penulisannyapun tidak semi formal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah. Penulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi Jenis karangan semi ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam opini, editorial, resensi, anekdot, hikayat, dan karakteristiknya berada diantara ilmiah.

Ciri-ciri :
1. Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
2. Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
3. Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
4. Kritik tanpa dukungan bukti.

Contoh : 
Manga, merupakan sebutan untuk komik di Jepang. Tidak ada yang tahu secara pasti kapan komik masuk pertama kali ke Jepang, tetapi pada mulanya komik Jepang adalah peniruan dari film animasi Walt Disney oleh Ozamu Tezuka (1928-1989) dan merupakan cikal bakal dari komik Jepang modern. Beliau mengekspresikan gerakan film-film animasi Walt Disney ke dalam komik Jepang. Karya-karya beliau setelah akhir perang dunia II membuka era baru untuk komik Jepang.

Karya Tulis Non-Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Karya Tulis non-ilmiah bervariasi bahan topiknya, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Bahasanya mungkin kongkret atau abstrak, gaya bahasanya mungkin formal atau teknis, formal atau populer.
           
Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah:
     1.       Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
     2.       Fakta yang disimpulkan subyektif,
     3.       Gaya bahasa konotatif dan populer,
     4.       Tidak memuat hipotesis,
     5.       Penyajian dibarengi dengan sejarah,
     6.       Bersifat imajinatif,
     7.       Situasi didramatisir,
     8.       Bersifat persuasif.
     9.       Tanpa dukungan bukti

Sifat karya non ilmiah:
     1.       Emotif, lebih merupakan refleksi dari sebuah perasaan yang terkadang melampui kebenaran,
     2.       Persuasif, yaitu bersifat mempengaruhi pikiran pembaca,
     3.       Deskriptif subjektif, dalam arti tidak didukung oleh data dan fakta, dan
    4.       Terkadang over claiming. Karya-karya non ilmiah ini terutama dapat dilihat dalam bentuk karya-karya seni, seperti  cerpen, novel, puisi, komik dan lain-lain yang semisalnya.

Macam-Macam Karya Non Ilmiah:
     1.       Cerpen. Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.
   2.      Dongeng. Suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, diakhir cerita biasanya mengandung pesan moral.
    3.       Roman. Sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau ganjaran yang isinya melukisnya perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.
     4.       Novel. Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita.
     5.       Drama. Suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh actor.


SIKAP ILMIAH

Sikap menurut Gagne adalah suatu kondisi yang internal. Sikap mempengaruhi pilihan untuk bertindak. Kecenderungan untuk memilih obyek terdapat pada diri pembelajar, bukan kinerja yang spesifik. Sikap juga merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan. Dimana tindakan yang akan dipilih, tergantung pada sikapnya terhadap penilaian akan untung atau rugi, baik atau buruk, memuaskan atau tidak, dari suatu tindakan yang dilakukannya.
Sikap merupakan kecenderungan pembelajaran untuk memilih sesuatu. Efek sikap ini dapat diamati dalam reaksi pembelajar (positif atau negatif). Sikap juga merupakan salah satu dari enam faktor yang memotivasi belajar. Sikap dalam hal ini adalah suatu kombinasi, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau obyek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku dan belajar siswa, karena sikap itu membantu siswa dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada prilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap juga membantu seseorang merasa aman di suatu lingkungannya yang pada mulanya tampak asing. Sikap akan memberikan pedoman dan peluang kepada seseorang untuk mereaksikan secara lebih otomatis. Sikap akan membuat kehidupan lebih sederhana dan membebaskan seseorang dalam mengatasi unsurunsur kepada kehidupannya sehari-hari yang bersifat unik.
Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku peran (guru-murid, orang tua-anak). Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat dimodivikasi dan diubah. Pengalaman baru secara konstan mempengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah, ataupun sebaliknya. Sikap merupakan proses yang dinamik, sehingga media, dan kehidupan seseorang akan mempengaruhinya. Sikap dapat membantu personal karena berkaitan dengan harga diri yang positif, atau dapat juga merusak personal karena adanya intensitas perasaan gagal. Sikap berada disetiap orang sepanjang waktu dan secara konstan sikap memepengaruhi perilaku dan belajar.
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karya ilmiah. Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti.
Penjelasan sikap ilmiah tersebut sebagai berikut:
  1. Mengenali fakta dan opiniFakta adalah sesuatu yang benar-benar terjadi .fakta merupakan hasil pengamatan yang telah di uji kebenarannya secara empiris. Sementara opini adalah pendapat/pendirian pada umumnya , opini berkembang pada sebagian besar masyarakat .seorang ilmuan harus membedakan fakta yang didukung dan fakta karena kesepakatan umum.
  2. Menggunakan fakta sebagai argumentasiArgumentasi adalah alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat ,pendirian,atau gagasanAlasan seorang ilmuan harus di dukung oleh data .selain itu ,seorang ilmuwan harus mampu mengolah data menjadi informasi yang berguna ,memiliki sifat /menerima saran orang lain.
  3. Berani dan santun dalam bertanya dan berargumentasiMengapa berani dan santun merupakan sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh ilmuwan? Pertanyaan ini berdasarkan dalam fakta dan data .selain memiliki sikap santun dan berani dalam bertanya ,seorang ilmuwan harus memiliki sikap adil ,objektiv ,jujur ,bejerja keras ,dan cerdas, serta mau bekerja sama secara adil dan terbuka dengan orang lain.
  4. Melakukan evaluasi diriSeorang ilmuwan harus tau ,bahwa setiap ada kelebihan pasti ada kekurangan. Kelabihan dan kekurangan tersebut dapat di identivikasikan sebanyak mungkin .kelemehan-kelemahan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi penyempurna’an penelitian selanjutnya.
  5. Mengembangkan keingin tahuanMahluk hidup pasti sudah dibekali dengan hasrat keingin tahuanDari kita masih kecil keingin tahuan sudah dapat dilihat dari kehidupan sehari –hariYang memperlihatkan adanya masalahmenimbulkan rasa keingin tahuan manusia untuk memperoleh jawaban dan pemecahannya.
  6. Peduli terhadap lingkungan alam,sosial,dan budayaPada umumnya ilmuwan menemukan masalah penelitian dari lingkungan alam sekitarnya,ahli astronomi banyak menemukan masalahnya ketika ia cakrawala ,bahkan seorang mungkin saja menemukan masalah yang diteliti ketika ia tersandung batu saat berolah raga pagi karena batu tersebut menarik perhatiannya. Seorang ilmuwan bebas memilih masalah yang ditelitinya .walau demikian tidak boleh mengabaikan keadaan lingkungan alam dan sekitarnya.
  7. Bertanggung jawab dalam mengambil keputusanKeputusan seorang ilmuwan harus dapat di pertanggung jawabkan.

Sikap ilmiah dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
  1. Seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu terhadap sains  sebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi pengembangan karir di masa datang.
  2. Seperangkat sikap yang jika diikuti akan membantu proses pemecahan masalah.

Untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan benar, peneliti harus memiliki sifat – sifat berikut ini:
    a)      Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya.
    b)      Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
     c)      Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
     d)    Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
     e)      Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
     f)       Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
     g)      Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.
Kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan sikap ilmiah harus Anda buang jauh-jauh, misalnya sikap menonjolkan diri dan tidak menghargai pendapat orang lain, sikap ragu dan mudah putus asa, sikap skeptis dan tak acuh terhadap masalah yang dihadapi.

Prof harsojo menyebutkan enam macam sikap ilmiah yaitu:
  1. Obyektivitas , dalam peninjauan yang penting adalah obyeknya.
  2. Sikap serba relatif , ilmu tidak mempunyai maksud mencari kebenaran mutlak, ilmu berdasarkan kebenaran-kebenaran ilmiah atas beberapa postulat, secara priori telah diterima sebagai suatu kebenaran. Teori-teori dalam ilmu sering untuk mematahkan teori yang lain.
  3. Sikap skeptis adalah sikap untuk selalu ragu-ragu terhadap pernyataanpernyataan yang belum cukup kuat dasar-dasar pembuktiannya.
  4. Kesabaran intelektual , sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerah pada tekanan agar dinyatakan suatu pendirian ilmiah , karena memang belum selesainya dan cukup lengkapnya hasil dari penelitian , adalah sikap seorang ilmuwan.
  5. Kesederhanaan adalah sikap cara berfikir, menyatakan, dan membuktikan.
  6. Sikap tidak memihak pada etik.

Sumber: