Oleh: Fersia Amelia B.
Nindy Sulistia
Sheily Nur Fajriah
BAB I
PENDAHULUAN
Secara
umum, pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia masih perlu terus ditingkatkan kualitas
dan efektivitasnya, mengingat di satu sisi kemampuan rata-rata berbahasa
Inggris kita belum memadai sedangkan di sisi lain, Bahasa Inggris adalah bahasa
pergaulan dunia dan bahasa ilmu pengetahuan, sehingga sudah selayaknya kita
dapat berbahasa Inggris dengan lebih baik. Kemampuan menulis
Bahasa Inggris adalah salah
satu
kemampuan berbahasa yang dianggap paling kompleks karena melibatkan berbagai
kemampuan kognitif dan linguistik. Dalam konteks pembelajaran bahasa
asing/bahasa kedua, Gardner (2001) mengatakan bahwa strategi pembelajaran
adalah salah satu dari tiga faktor paling penting yang menentukan keberhasilan
belajar, selain faktor motivasi dan bakat. Demikian pentingnya strategi
pembelajaran, sehingga dipandang perlu adanya suatu kajian tentang efektivitas
strategi pembelajaran terhadap kemampuan
berbahasa.
Secara
konvensional, pembelajaran menulis dilakukan dengan pendekatan proses dimana
mahasiswa mengembangkan karangan secara bertahap mulai dari penggalian ide
hingga merevisi karangan. Proses itu sendiri tidak terlalu jelas tahapannya,
namun secara umum meliputi kegiatan penggalian ide, penyusunan draf, dan
perbaikan/revisi. Pengamatan perhadap pembelajaran menulis tersebut menunjukkan
bahwa tidak ada pemantauan yang pasti terhadap proses menulis, dalam arti,
proses yang dilakukan dengan susah payah tersebut hanya diakui melalui
penilaian terhadap produknya, yaitu draf terakhir atau hasil karangan. Padahal,
optimalisasi proses belajar sangat penting untuk (1) mendapat hasil yang
diinginkan, (2) membentuk mahasiswa sebagai the owner of learning, (3)
menjadikan mahasiswa risk takers, (4) dengan demikian menjadikan mereka
autonomous learners. Dengan demikian, pembelajaran yang terjadi adalah
pembelajaran yang bermakna, yaitu yang benar-benar membangun life skills.
Dengan alasan itu, sangat penting dilakukan pemantauan proses belajar secara
terprogram.
Di
zaman modern sekarang ini Bisnis merupakan pilihan utama dalam mencari atau
menciptakan usaha ,itu semua karena dunia bisnis merupakan dunia yang paling
berpeluang untuk mendapatkan keuntungan banyak.Dari pada menjadi pegawai negeri
yang menerima gaji pas-pasan seorang pebisnis bisa menentukan sendiri gajinya .
Namun
dalam berbisnis kita sangat membutuhkan komunikasi.Bahasa sebagai alat
komunikasi mempunyai peran tersendiri dalam bisnis..Sebagai warga Indonesia
tentunya kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ,kita tahu
bahwa bahasa Indonesia juga sudah diajarkan dari Taman Kanak-kanak sampai
dengan Perguruan Tinggi.namun apa saja peran bahasa i di bidang bisnis dalam
makalah ini penulis berusaha menelaah masalah tersebut.
Sesuai
dengan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang di buat adalah:
1. Apa
Pengertian dari Bahasa?
2. Manfaat
penggunaan bahasa dalam kehidupan?
3. Apakah
Evaluasi-Diri berpengaruh terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris?
4. Apa
itu pengertian dari Bisnis?
5. Peran
Bahasa di bidang bisnis?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan salah satu hal penting dalam
berkomunikasi. Berikut ini adalah pengertian dan
definisi bahasa menurut para ahli:
1.
Bill Adams
Bahasa
adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks
inter-subjektif.
2.
Wittgenstein
Bahasa
merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas,
dan memiliki bentuk dan struktur yang logis.
3.Ferdinand
De Saussure
Bahasa
adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok
sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.
4.Plato
Bahasa
pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata
(nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide
seseorang dalam arus udara lewat mulut.
5.Bloch & Trager
Bahasa
adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu
kelompok sosial bekerja sama.
6.
Carrol
Bahasa
adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang
sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi
antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama
kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan
hidup manusia.
7.Sudaryono
Bahasa
adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan
bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya
kesalahpahaman.
8.Saussure
Bahasa
adalah objek dari semiologi.
9.Mc.
Carthy
Bahasa
adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
10.William
A. Havilland
Bahasa adalah suatu sistem bunyi
yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat
ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu.
Bila
dilihat dari beberapa definisi dan pengertian mengenai bahasa menurut beberapa
ahli diatas, kita bisa melihat bahwa terdapat perbedaan definisi tentang bahasa
dimana definisi dari setiap ahli tergantung dengan apa yang ingin ditekankan
oleh setiap tersebut. Namun meskipun terdapat perbedaan, nampaknya disepakati
bersama bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyarakat atau pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu
sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri
berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan
adaptasi.
2.2 Evaluasi Diri
Dalam kaitannya dengan
pembelajaran bahasa, utamanya dalam pembelajaran bahasa asing/kedua, Bachman
dan Palmer (1996) mengatakan bahwa kebermaknaan tugas-tugas pembelajaran bahasa
(meaningfulness of language learning tasks) dicirikan oleh pelibatan
lima unsur, yaitu pengetahuan tentang topik tugas, kemampuan bahasa, pelibatan
atribut personal seperti tingkat minat, skemata afektif yaitu interseksi antara
tingkat kesulitan tugas dan kemampuan yang dimiliki, dan strategi pemecahan
masalah. Untuk optimalisasi pelibatan kelima unsur tersebut, diperlukan suatu
evaluasi diri.
Evaluasi diri adalah
pelibatan pebelajar dalam menentukan standara dan/atau criteria untuk menilai
karyanya sendiri, sehingga dapat menentukan sejauhmana karyanya tersebut telah
mencapai standar atau kriteri yang ditetapkan (Boud 1991 dalam Brew 1999).
Definisi ini menunjukkan dua elemen yang ada pada setiap proses asesmen, yaitu
penentuan standar terkait dengan criteria tertentu, dan penilaian terhadap karya
berdasarkan standard an criteria tersebut. Brew lebih lanjut mengatakan, bahwa
kemampuan untuk secara kritis menilai karya sendiri dapat menjadi salahsatu
tujuan di pendidikan tinggi. Hal ini dapat dipahami mengingat di perguruan
tinggi mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang tinggi dan kesadaran
tentang eksistensi dirinya. Jadi, evaluasi diri adalah suatu cara untuk melihat
kedalam diri sendiri. Melalui evaluasi diri pebelajar dapat melihat kelebihan
maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan
(improvement goal). Dengan demikian, pebelajar lebih bertanggungjawab terhadap
proses dan pencapaian tujuan belajarnya.
Rolheiser
dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan kontribusi
evaluasi diri terhadap pencapaian tujuan. Model tersebut menekankan bahwa,
ketika mengevaluasi sendiri performansinya, peserta didik terdorong untuk
menetapkan tujuan yang lebih
tinggi (goals). Untuk itu, peserta didik harus melakukan usaha yang lebih keras
(effort). Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi
(achievement); selanjutnya prestasi ini berakibat pada penilaian terhadap diri
(self-judgment) melalui kontemplasi seperti pertanyaan, ‘Apakah tujuanku telah
tercapai’? Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti ‘Apa yang aku
rasakan dari prestasi ini?’
Goals,
effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction dapat terpadu untuk
membentuk kepercayaan diri (self-confidence) yang positif. Kedua penulis
menekankan bahwa sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi dari komponen
self-judgment dan self-reaction dalam model di atas.
Penulis
meyakini bahwa evaluasi diri dapat meningkatkan hasil belajar, karena kegiatan
evaluasi diri: a) dapat memusatkan perhatian pebelajar pada tujuan
pembelajaran, b) memberikan informasi pada guru mengenai hal-hal yang masih
kurang atau belum tercapai dalam pembelajaran, c) dapat lebih meningkatkan
perhatian pebelajar pada asesmen, dan d) meningkatkan motivasi pebelajar.
2.3 Menulis Bahasa
Inggris
Kegiatan
menulis, khususnya menulis Bahasa Inggris, adalah suatu proses kognitif dan
kreatif yang terjadi secara berulang-ulang tetapi tidak linier. Proses menulis
adalah suatu kegiatan kognitif. Sebagai suatu proses kognitif, menulis adalah
suatu alat yang digunakan untuk menuangkan buah pikiran. Secara kognitif, di
dalam pikiran terdapat suatu skema yang mengandung potensi makna. Potensi ini
berkembang karena adanya stimulus dari luar dan akan terjadi suatu transaksi
antara potensi itu dengan pengaruh luar tersebut. Jadi untuk berkembang dengaan
optimal, diperlukan faktor mediasi (Confrey, 1995), yaitu suatu intervensi
lingkungan yang membangkitkan potensi yang ada dan menjadikannya suatu
kemampuan.
Menulis
juga suatu proses kreatif. Kreativitas dikaitkan dengan fungsi dasar manusia,
yaitu berpikir, merasa, menginderakan, dan intuisi (Semiawan, 1997).
Kreativitas merupakan ekspresi tertinggi dari sintesa atas semua fungsi dasar
manusia tersebut. Kreativitas dalam proses menulis tercermin dari topik yang
dipilih, cara mengembangkan alur (plot) tulisan, serta pemilihan kosakata dan
pola-pola kalimat yang menunjukkan gaya (style) seorang penulis. Hasil
transaksi tersebut merupakan sesuatu yang baru dan unik. Karena peran unsur
kreativitas ini, setiap karya tulis tidak pernah ada yang persis sama satu sama
lain. Keunikan suatu karya tulis mencerminkan kreativitas penulisnya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa tulisan adalah refleksi dari pikiran kreatif,
dan karena ia merupakan hasil transaksi maka ia sekaligus juga mengembangkan pikiran
(menambah skema yang telah ada sebelumnya). Secara umum, ramuan kognitif dan
kreatif di atas dalam proses menulis dapat dilihat pada tiga tahap utama proses
menulis, yaitu pramenulis, menulis, dan merevisi.
Berdasarkan
kajian teori di atas, kemampuan menulis merupakan suatu kemampuan yang
dihasilkan dari suatu proses menulis yang melibatkan faktor kognitif dan
kreativitas dimana potensi yang dimiliki dan pengaruh faktor lingkungan
bertransaksi untuk membentuk kemampuan menulis yang mencakup lima dimensi
kemampuan yaitu kemampuan menemukan ide (isi) tulisan, susunan/organisasi ide,
struktur kalimat, kosakata dan gaya (style), dan mekanik.
2.4 Manfaat Bahasa dan
Perkembanganya dalam Masyarakat
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama
manusia.
Penggunaan
bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu agar kita
dipahami oleh orang lain. Jadi dalam hal ini respons pendengar atau lawan
komunikan yang menjadi perhatian utama kita.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama
manusia (berbisnis).
Sebagai
makhluk sosial, manusia selalu hidup berkelompok dan membentuk lingkungan
pergaulan yang tentunya mereka tinggal di dalamnya, bekerja dan mencari
kebutuhan hidup. Dari sinilah bahasa itu berfungsi sebagai alat untuk bekerja
sama satu sama lain.
3. Alat mengidentifikasi diri.
Dengan
bahasa kita bisa mengidentifikasikan diri kita pada orang lain, tentang bagaimana kita, perasaan, keinginan, dll.
Bahasa
bisa punah karena kebanyakan bahasa didunia ini tidak statis. Bahasa-bahasa itu
berubah seiring waktu, mendapat kata tambahan, dan mencuri kata-kata dari
bahasa lain. Bahasa hidup dan berkembang ketika masyarakat menuturkannya
sebagai alat komunikasi utama. Ketika tidak ada lagi masyarakat penutur asli
suatu bahasa disebut bahasa mati atau punah, meskipun masih ada sedikit penutur
asli yang menggunakan tetapi generasi muda tidak lagi menjadi penutur bahasa
tersebut.
Banyak
situasi yang menyebabkan bahasa punah. Sebuah bahasa punah ketika bahasa itu
berubah bentuk menjadi famili bahasa-bahasa lain.Orang indonesia kini boleh
jadi tidak mengerti bahasa melayu yang digunakan di indonesia awal abad ke-20.
Karena bahasa indonesia saat ini berasal dari bahasa melayu yang telah
mengalami infusi kata-kata bahasa asing. Bisa dikatakan bahasa melayu bermetamorfosis
dalam bahasa indonesia. Kelak kalau bahasa indonesia makin berkembang dan
demikian pula bahasa melayu malaysia kemungkinan bahasa melayu akan punah.
Karena
pengaruh globalisasi dan IPTEK menyebabkan masyarakat indonesia menganggap
bahasa indonesia itu tidak gaul dan terlalu formal.Hal tersebut mengakibatkan
bahasa Indonesia sering dicampur dengan kata-kata yang tidak formal dan itu
mengakibatkan banyak anak muda Indonesia bahkan anak kecil tidak bisa
mengucapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2.5 Pengertian Bisnis
Berikut
ini adalah pengertian bisnis menurut para ahli :
“Business
is an institution which produces goods and services demanded by people”Artinya
perusahaan atau bisnis ialah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat.Apabila kebutuhan masyarakat meningkat, maka
lembag bisnispun akan meningkat pula perkembanganya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut,sambil memperoleh laba.
2. Steinford (1978)
“Business
is all those activities involved in providing the goods and services needed or
desired by people”.Dalam pengertian ini bisnis sebagai aktivitas yang
menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh
konsumen.dapat dilakukan oleh organisasi perusahaan yang memiliki badan
hokum,perusahaan yang memiliki badan usaha, maupun perorangan yang tidak
memiliki badan hokum maupun badan usaha seperti pedagang kaki lima,warung yang
tidak memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU)dan Surat izin Tempat Usaha (SIUP)
serta usaha informal lainya.
3. Allan Afuah (2004)
Bisnis merupakan sekumpulan aktifitas yang dilakukan
untuk menciptakan dengan cara mengembangkan dan mentransformasikan berbagai
sumber daya menjadi barang atau jasa yang diinginkan konsumen.
Dari
beberapa pengertian tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa bisnis
adalah bisnis adalah suatu unit kegiatan komunikasi 2 orang atau lebih yang melakukan aktivitas pengolahan
faktor-faktor produksi, untuk menyediakan barang-barang dan jasa bagi
masyarakat, mendistribusikanya serta melakukan upaya-upaya lain dengan tujuan
memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat.
Dari
pengertian tersebut kita dapat menguraikan lebih rinci tentang fungsi-fungsi
perusahaan:
a.
Menghasilkan barang dan jasa
Adanya kebutuhan yang
harus dipenuhi mendorong perusahaan menciptakan barang dan jasa pemuas
kebutuhan. Barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan nantinya disalurkan
kepada pelaku ekonomi yang lain.
1. Rumah tangga. Penyaluran barang
dan jasa hasil produksi kepada rumah tangga dapat dilakukan secara langsung
maupun melalui distributor.
2. Pemerintah. Pemerintah
membutuhkan barang dan jasa hasil produksi untuk mendukung jalannya kegiatan
pemerintah dalam rangka melayani masyarakat. Penyaluran ini juga dapat
dilakukan secara langsung atau melalui pasar barang.
3. Perusahaan lain.
Adakalanya barang dan jasa yang diproduksi suatu perusahaan diperlukan oleh
perusahaan lain sebagai bahan baku, bahan pembantu, bahan setengah jadi, atau
bahkan sebagai modal. Contohnya perusahaan kain akan memasok hasil produksi
pada perusahaan garmen.
4. Masyarakat luar negeri. Selain
untuk produksi dalam negeri, barang dan jasa perusahaan juga digunakan oleh
masyarakat luar negeri. Pembelian dan pengiriman barang dan jasa akan
menimbulkan kegiatan ekspor.
b. Sebagai pengguna faktor produksi
Bagaimana perusahaan
dapat menghasilkan barang dan jasa? Perusahaan harus mengolah faktor produksi
menjadi barang dan jasa. Faktor produksi tersebut berupa tenaga kerja, sumber
daya alam, dan modal. Faktor produksi tersebut disediakan oleh rumah tangga.
Untuk semua faktor produksi yang telah disediakan, perusahaan akan memberikan
balas jasa kepada rumah tangga. Balas jasa tersebut berupa upah atau gaji,
sewa, bunga, dan laba. Pembelian faktor produksi ini kadang juga melibatkan
masyarakat luar negeri, baik berupa tenaga ahli, pinjaman modal, barang-barang
modal, maupun bahan baku.
c. Mambayar pajak kepada pemerintah
Perusahaan juga
merupakan bagian dari masyarakat umum. Dengan demikian, perusahaan ikut
memanfaatkan fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah. Oleh karena itu
pula, perusahaan harus membayar pajak kepada pemerintah sebagai bukti
partisipasinya terhadap pembangunan.
d. Sebagai agen pembangunan ekonomi
Kegiatan ekonomi yang
dilakukan perusahaan ternyata membawa pengaruh yang besar terhadap pembangunan
ekonomi. Dari kegiatannya perusahaan telah membantu pemerintah dalam hal
menyediakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan karyawan, dan membangun
berbagai fasilitas ekonomi.
2.6 Peran Bahasa di
Bidang Bisnis
Melihat fungsi bahasa
yang ke 2 yaitu sebagai alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia
(berbisnis) tentu bahasa mempunyai peran penting dalam dunia bisnis.Bisnis
sendiri memang punya berbagai macam fungsi yang sangat penting baik itu bagi
pengusaha itu sendiri,masyarakat juga Negara.
Oleh karena itu bisnis
yang baik harus ditunjang dengan bahasa yang baik pula.Di masa sekarang ini
bahasa sangat penting apalagi perilaku manusia tentu bisa dilihat dari bahasa
yang mereka ucapkan.Oleh karena itu banyak perusahaan di Indonesia menggunakan
bahasa dalam prasyarat bagi pelamar kerja.Bisa kita lihat juga dalam kurikulum
pendidikan bahasa dimasukkan dalam Ujian Nasional (bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris).oleh karena itu kita tidak bisa meremehkan bahasa.
Di bidang bisnis
biasanya bahasa digunakan sebagai alat promosi dan juga pemasaran. Contohnya iklan suatu
produk tanpa adanya bahasa yang baik dan menarik tentu masyarakat tidak akan
tertarik pada produk tersebut.dalam komunikasi antar pegawai dan bos tentu juga
memerlukan bahasa ,pegawai yang komunikatif serta sopan tentu akan lebih
dihormati dan disegani baik oleh pegawai lain maupun oleh atasan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bahasa
adalah alat komunikasi untuk berinteraksi dengan manusia lainya.
2. Bisnis adalah suatu unit kegiatan komunikasi 2
orang atau lebih yang melakukan
aktivitas pengolahan faktor-faktor produksi, untuk menyediakan barang-barang
dan jasa bagi masyarakat, mendistribusikanya serta melakukan upaya-upaya lain
dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat.
3. Evaluasi
diri sebagai salahsatu jenis asesmen otentik terbukti dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran Bahasa Inggris, khususnya perkuliahan menulis.
4. Dengan
penerapan teknik evaluasi diri secara optimal dalam pembelajaran menulis, dapat
ditingkatkan hasil belajar menulis siswa, efisiensi waktu pembelajaran di kelas
karena siswa dapat bekerja di luar kelas dengan pedoman ceklis evaluasi diri,
dan dapat mendidik siswa untuk merasakan ownership atas kinerja dan karyanya,
dan belajar mengambil resiko atas belajarnya (risk-taking) melalui kegiatan
pembelajaran mandiri berbantuan ceklis evaluasi diri. Semua ini dapat
melahirkan autonomous learners, yang merupakan tujuan akhir dari suatu proses
pembelajaran.
5. Dalam
implementasinya pada pembelajaran, kegiatan evaluasi diri ternyata tidak
instant-effective. Hal ini disebabkan oleh paling tidak tiga hal. Pertama,
faktor budaya pendidikan kita yang hingga kini masih bersifat top-down, dimana
siswa sangat tergantung pada gurunya. Orientasi tradisional ini lebih lagi
terlihat pada kegiatan penilaian dimana siswa merasa tidak berhak menilai
dirinya. Bagi mereka, satu-satunya agen penilai adalah guru. Kedua, faktor
psikologis, dimana siswa merasa tidak mampu melakukan penilaian dan jika hal
tersebut ditugaskan padanya akan menimbulkan rasa cemas. Ketiga, dari kedua
faktor di atas, menimbulkan masalah pengelolaan pembelajaran (pedagogik), yaitu
kesulitan dalam mengajar siswa melakukan evaluasi diri karena mereka dihalangi
oleh dua faktor di atas.
6. Mengingat
pentingnya evaluasi diri dalam pembelajaran, dan besarnya tantangan dalam
memulai mengimplementasikannya, diperlukan suatu mekanisme bertahap dalam
fase-fase.
DAFTAR PUSTAKA
Bachman, L. F. & Palmer, A. (1996). Language
Testing in Practice. Oxford: Oxford University Press.
Semiawan,
C. (1997). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Grasindo.
Buchori,
M. (2000). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Gardner, R.C. (2001) Language
Learning Motivation, the Student, the Teacher, and the Researcher.
Available at http://publish.uwo.ca/~gardner/
Marhaeni, A.A.I.N. (2005). Pengaruh
Asesmen Portofolio dan Motivasi Berprestasi terhadap Kemampuan Menulis Bahasa
Inggris. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha (laporan penelitian).