Kebudayaan dan peradaban merupakan aspek-aspek kehidupan
sosial manusia. Sebuah deskripsi mengenai kontras-kontras antara kebudayaan dan
peradaban dijelaskan secara menarik oleh Alija Izebegovic dalam Membangun Jalan
Tengah. Karena peradaban dan kebudayaan adalah dua aspek dalam kehidupan
manusia, ada interelasi antara keduanya. Sebagaimana interelasi antara aspek
spiritual, mental dan material dalam diri manusia. Kata peradaban dalam bahasa
Indonesia berkonotasi dengan pengertian adab, kesopanan, kesantunan serta
kehalusan. Sedangkan budaya dalam pengertian yang terkenal diartikan sebagai
seluruh hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Peradaban (hadharah, civilization)
berakar pada ide tentang kota. Kemajuan material (ilmu dan teknologi), aspek
kehalusan, penataan sosial dan aspek kemajuan lain, sedangkan kebudayaan
(culture, tsaqafah) berakar pada ide mengenai nilai, tujuan, pemikiran yang
ditransmisikan melalui ilmu, seni dan agama suatu masyarakat.
Ide utama yang terkandung dalam peradaban adalah kemajuan,
perkembangan (progress dan development). Tetapi sebuah masyarakat memiliki
nilai-nilai, pemikiran-pemikiran dasar yang tetap, yang menjadi identitas
kulturalnya. Nilai-nilai yang tidak hilang begitu saja ketika sebuah peradaban
mundur atau hancur. Yang terjadi adalah nilai-nilai itu menjadi tidak efektif
secara sosial. Sebuah peradaban mengalami siklus dalam ruang dan waktu. Ia
mengalami pasang dan surut. Sedang kebudayaan lepas dari kontradiksi ruang dan
waktu. Ia memiliki ukuran tersendiri (ukuran benar salah, tepat tidak atau
berguna tidak) di dunai pemikiran. Membangun peradaban tidak bisa dengan
sekedar menumpuk-numpuk produk peradaban lain. Sebuah peradaban diukur dari
pencapaiannya. Untuk membangun peradaban perlu adanya jaringan sosial (dalam
terminologi Bennabi) atau inovasi sosial (dalam terminologi Drucker) yang
menciptakan pranata (institusi) sosial yang memungkinkannya menerima dan
mengembangkan produk-produk peradaban lain dalam konteks kebudayaan sendiri. Untuk membangun peradaban perlu adanya
jaringan sosial (dalam terminologi Bennabi) atau inovasi sosial (dalam
terminologi Drucker) yang menciptakan pranata (institusi) sosial yang
memungkinkannya menerima dan mengembangkan produk-produk peradaban lain dalam
konteks kebudayaan sendiri.
Contoh
dari kebudayaan antara lain makanan dan minuman, pakaian, dan berbagai hal yang
masih memiliki kecenderungan untuk terus berkembang di masa yang akan datang.
Sedangkan contoh dari sebuah peradaban adalah Borobudur, Piramida, dan berbagai
hal monumental lainnya yang sudah selesai dan tidak ada kelanjutan
pengembangannya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar